Pagi itu aku mendengar bahwa kau ingin berjalan sendiri, dan menyuruhku untuk turut serta berjalan sendiri. Namun jalan yang akan kita lalui itu berbeda, kita berada di persimpangan yang mengharuskan kita tidak sejalan lagi. Aku terheran, mengapa kau secara tiba-tiba memintaku untuk berada di jalan yang lain denganmu?
Berhari-hari, berminggu-minggu, akhirnya jalan yang aku lalui sendiri menunjukan apa yang terjadi sesungguhnya. Aku tertegun. Ternyata ini bukan kehendakmu, namun ini adalah kehendak Tuhan. Tuhan ingin membertitahuku bahwa jalan yang kau lalui tidak baik bagiku. Sebelum itu, aku selalu berusaha untuk mengikuti jalanmu tapi selalu saja kau menolakku. Ternyata bukan kau dalangnya, tapi Tuhan. Tuhan terus membelokkan jalanku agar tidak mengikuti jalanmu.
Secangkir coklat panas yang kunikmati sore ini menemaniku menerima kehendak Tuhan. Tak pernah sedikitpun aku mengira akan secepat ini jalan yang aku lalui kemarin. Tuhan begitu baik, menunjukkan jalan yang memang seharusnya dari awal aku lalui sendiri. Tidak sejalan denganmu. Jalanmu terlalu keras dan penuh kerikil tajam, aku akan begitu kesakitan melewatinya. Jalanku sekarang sepertinya tidak sekeras saat aku sejalan denganmu, lagi-lagi Tuhan begitu baik padaku.
Haruskah aku mengajakmu untuk menyusuri jalanku yang sekarang? Aku yakin kau tetap memilih jalanmu walaupun kau akan sangat kesakitan karena kerikil yang kau injak sendiri nantinya. Bukankah kau terlalu egois? pada diri sendiri, dan Tuhanmu. Aku akhirnya tak diperbolehkan mengajakmu, Tuhan akan menunjukan jalan lebih baik padamu, tapi tidak bersamaku. Dan entah kapan kau akan menerima ajakanNya, kau yang tahu.
-lululuckyagnes
Comments
Post a Comment